14.34

Dunia Anak

Selalu lucu kalau melihat tingkah mereka, mendadak mereka kembali ke sekolah, teriak-teriak di gerbang,"Bu Sari... bu Sari ! aku punya ini! "Apa? bu Sari tidak kelihatan". (kehalang dinding) Mereka berdua berlari maju, tetapi masih cukup jauh dari pintu, saat saya longok, hehehe sebuah pemandangan lucu.. "ibu...ibu, aku punya sendal tinggi", si gadis kecil bicara dengan logat lucunya sambil botol minumnya nunjuk ke sandal berhak tinggi. "bu Sarri tas aku barru", cowok kecil tidak mau kalah. "aku juga punya anjing baru... ini anjingku", gadis kecil itu menjulurkan boneka anjing warna ungu yang bisa jalan dan lompat. Cuman begitu aja, terus mereka mau lari kabur... perlu ditahan-tahan untuk diabadikan, itupun musti dizoom.. hehehe... lucu... si gadis kecil gayanya itu loch, mendadak merubah posisi berdirinya saat ponsel bu Sari mengarah ke dia... lucuu.. asli.. berbahagialah selalu duniamu nak, semoga Allah melindungi setiap langkahmu. https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10207485529929606&set=pcb.10207485551570147&type=3
16.28

SAMPAI KAPAN INI TERJADI

Banyak istilah untuk mnyebutkan sebuah kegiatan yang di dalamnya ada beragam hal yang kadang tidak masuk akal. Setiap intitusi pendidikan saat ditanya akan tujuan akan menjawab dengan jawaban yang idealis yaitu pengenalan lingkungan sekolah. Akan tetapi saat penerapan jauh panggang dari api... yang sangat mencolok adalah dandanan, murid-murid baru di wajibkan berdandan tidak jelas, diberi tugas ankea ragam yang tidak ada hubungannya dengan intelektual calon pelajar di institusi tersebut. Kadang saat melihat mereka dan mendengar keluhan orang tua mereka jadi berpikir "Sampai Kapan ini Terjadi?" Bisa khan kegiatan itu berupa mendengarkan presentasi kakak kelas? Bisa khan kegiatan itu berupa menyanyikan lagu" nasional? Bisa khan kegiatan itu berupa bakti sosial untuk masyarakat sekitar sekolah? Bisa khan.... Sebagai pelengkap kami lampirkan tulisan yang bagus untuk di kasi dengan serius... https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151661156507858&set=a.205966992857.131439.203164362857&type=1&theater salam pendidikan shp
07.20
MEMBUKA KEMBALI YANG TERABAIKAN Setelah sekian lama diam, tanpa tulisan dan pemikiran, tercetus oleh sebuah komunitas yang memancingku menulis kembali. Alhamdulillah blog ini masih bisa di isi setelah blog terbaru dari ini lupa password. Ini adalah pembukaan, berharap akan terus berkelanjutan. Mencuri waktu dalam diam ditimpa derasnya hujan... Allah hanya kepada-Mu semua niatan... salam shp
06.41

TAHUN AJARAN BARU

Tidak terasa tahun ajaran baru telah tiba
Saat melakukan perjalanan banyak terlihat para ibu membawa map sendirian atau bersama putra-putrinya. Semua obrolan berpindah dari infotaiment ke masalah pendaftaran, uang masuk dan bagaimana cara agar putra-putrinya dapat sekolah.

Walau dengan sistem on line tetap saja masih ada jalur belakang itu yang saya dengar, bagaimana cara membebaskan negeri ini dari praktik korupsi...

Bagi lulusan PAUD Kenanga Mandiri ada beberapa amsalah terutama KK dan akte kelahiran anak, banyak ortu khilaf terutama yang memiliki anak pertama baru mau masuk SD. sedangkan masuk TK di lingkungan kami lebih mahal adaripada masuk SD, sebuah dunia dimana saya berada dan diluar jangkauan akal sehat saya..

Semoga generasi-generasi yang tercipta dari carut marutnya dunia pendidikan ini generasi yang sadar diri dan berkarakter mulia..

salam
shp
05.32

BUKU

Sekarang untuk mendapatkan buku sangat mudah dan mudah, jika di bandingkan jaman kakek,nenek, bapak dan ibu kita dulu sekolah.

Karena sangat murah dan mudah entah mengapa isinya pun kalau tidak selektif ikut murahan dan tdk berkualitas bahkan bisa membahayakan. Buku-buku dongeng, cerita anak-anak yang berisikan pesan moral kadang dalam metode dan cara penuturannya tidak pantas untuk di konsumsi anak-anak.

Lalu bagaimana sikap orang tua? apakah melarang anak-anak membaca buku?? wah ya tidak se ekstrim itu karena buku adalah alternatif pilihan baik di tengah gempuran media digital mulai dari PS, PSP, Games dan tv yang semuanya memiliki efek negatif. memang sangat disayangkan jika bukupun memiliki efek yang sama. Walau emmang sejak jaman dulupun buku-buku yang berisi kisah pornografi marak di tahun 70-80 dengan kualitas kertaspun berbanding lurus dengan kualitas isi.

So gimana donk?? tetap tanamkan budaya membaca pada putra-putri kita, tetapi dampingi dalam memilih buku seleksi sebelum membeli dan buku-buku pelajaranpun jika tidak berkenan bisa menyampaikan kepada pihak sekolah... Saat anak saya kelas 1 SD pernah menulikan pesan kepada ibu guru bahwa buku pelajaran agama layak di evaluasi berkenaan dengan penulisan Allah yg tdk memakai huruf besar di awal juga beberapa tulisan lain yg seharusnya menggunakan huruf besar. Alahmdulilalh pihak sekolah tanggap dan berpindah penerbit untuk buku paket yang dipakai (buku paket dipijami dari sekolah setahun saat kenaikan kelas dikembalikan).

Tulisan ini terinspirasi dari kasus buku pelajaran yang tidak pantas untuk anak SD yang tersebar di media massa. Alahmdulillah masih banyak yang peduli dilihat dari banyaknya yang posting di FB.

Semoga kita semua sebagai orang tua dapat menampingi putra-putri kita dari bahaya yang mengancam moral dan spiritual generasi penerus bangsa yang sangat berharga...
Smeoga Allah melindungi negeri ini dari bahaya bebasnya arus informasi negative di era globalisasi

Salam pendidikan
Shp

lampiran kasus buku
http://news.detik.com/read/2012/04/12/111234/1890699/10/ortu-murid-kelas-2-sd-pun-protes-soal-bang-maman-istri-simpanan
01.10

PENDIDIKAN DAN PEMERDEKAAN

PENDIDIKAN DAN PEMERDEKAAN
oleh Ma'afkan Lah Sari pada 23 Juli 2011 jam 0:14

Pada jaman dahulu kala, saat anak-anak TK masih mendapat susu bubuk 250 gr setiap bulan dari pemerintah. Sering kali menimbulkan cerita lucu karena anak-anak TK yang banyak tingkah susunya bisa jatuh dan tumpah menimbulkan tangis heboh karena susu tumpah tidak dapat diganti baru karena keterbatasan jumlah.



Susu yang dikemas dalam plastik 1/4 kg, tidak diseduh kemudian diminum seperti halnya iklan-iklan susu instant saat ini, tetapi anak-anak TK tersebut memakan begitu saja susu jatah itu, kadang jika sampai rumah ditambahkan gula pasir diletakkan di tatakan gelas kecil kemudian dijilati... nikmatnya jangan ditanya... gurih, manis, dan krenyes"...



Saat beranjak SD masih di jaman yang sama, anak-anak TK ini mengenakan seragam merah putih dan berdasi merah. Di sekolah yang sama, lingkungan sama dan teman-teman yang sama, serta kegiatan yang sama juga. Pergi atau pulang sekolah berjalan kaki ramai-ramai, kala musim hujan memetik daun pisang untuk payung walau tetap saja basah tubuhnya sesungguhnya lebih asyik berbasah"an... bermain adalah kegiatan yang mendominasi seteiap hari. Belajar ya kalau malam hari, atau mengerjakan PR secara kelompok di sore hari, buku-buku paket mendapat pinjaman dari sekolah dan itu cukup. Indah dan serba mudah bahkan beberapa teman mendapat beasiswa dari pemerintah, sempat membakar cemburu karena beasiswa tersebut sampai berupa tas, sepatu, dan baju seragam baru... itu dulu....



Sekarang.... untuk bersekolah TK biaya yang di keluarkan cukup mahal terutama di kota besar dua ratus ribu sampai jutaan harus dikeluarkan untuk kegiatan bermain bersama. Saat masuk SD memang gratis tetapi seragam dan buku-buku (+/- Rp. 400.000) cukup membuat orang tua yang kurang mampu kalang kabut miris.



Apalagi yang kuliah... dasyat.... ratusan juta... wow.... apalagi untuk masuk kerja... hebaatt... puluhan sampai ratusan juta juga ada..... o,ya sebelum lupa, jika kuliah mahal ada jalan pintas beli ijasah lebih praktis, ekonomis, miris dan tragis.... mau jadi apa negeri ini jika dasarnya saja rusak...



Pendidikan merupakan dasar... saat Jepang di bom atom 1942 pertama kali dibangkitkan adalah pendidikannya.... saat sebuah koperasi sejati didirikan langkah awal adalah pendidikan untuk calon anggotanya, pengurusnya dan manajemennya...Pendidikan seharunya memerdekakan jiwa-jiwa yang kerdil, otak-otak yang buntu, dan hati-hati yang mati suri... pendidikanlah yang memerdekakan bangsa ini melalui tokoh-tokoh yang terdidik....



Apa pendapat Ki Hajar Dewantara jika melihat negeri ini disaat ini.... kemana perginya generasi-generasi "Taman Siswa"... kemana perginya uang pajak - pajak yang kami bayarkan... kearah mana mata memandang pemerintah kita...



oohh.... sudahalah.... larut sudah menjemput... dini hari menanti.... cukup disini kata hati kutuang dalam tulisan ini.. jiwaku merana melihat semuanya... dan aku hanya bisa tertatih-tatih mencoba melangkah dengan pelita kecil dari Rumah Cahaya....



Tulisan ini untukmu saudaraku yang terjebak dalam putus asa masa lalu, kutulis bagi sahabat yang masih ingin berpikir sehat... kalau bukan kita siapa lagi yang akan memperbaikinya...





Merdekakan

shp

dikutip dari catatan Fb:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=251867974828853
08.52

BERPELUKAN.....


Semakin sering kita memeluk orang-orang terdekat akan semakin mudah kita berkomunikasi... Semakin sering kita memeluk anak-anak kita semakin mudah kita menasehati mereka. Begitulah inti materi yang disampaikan nara sumber saat acara "Sharing Parenting"

Pikiran melayang kepada film kartun awal tahun 2000-an, yang selalu mengucapkan,"Berpelukkan" setiap bertemu dengan teman-temannya atau saudaranya, ya kartun "Teletubbies". Sampai-sampai kalau ada orang pelukkan kita bilang, "Berteletubbies".

Mari kita beralih kepada diri kita, duhai para orang tua... berapa sering kita memeluk anak-anak kita, atau anak mertua kita? Seberapa sering kita mengatakan bahwa kita sayang dan cinta kepada mereka?

Kita menuntut anak kita baik, sabar, nurut, rajin dan sebagainya tetapi pernahkah kita berpikir sudahkah kita sabar?
Disaat anak melakukan kesalahan sudahkah kita perlakukan sesuai prosinya.. atau kita lansung menyalahkanya... beberapa pertanyaan yang dapat di gunakan saat anak kita melakukan kesalahan diantaranya :
1. Bagaimana perasaanmu
2. Menurutmu bagaimana perasaan orang tersebut
3. Menurutmu bagaimana seharusnya kita (dalam kasus ini)
Jangan lupa posisi kita sejajar dan ada kontak mata... kemudian peluklah di akhir sessi ini.

Didiklah anak-anak kita sesuai masanya... karena masa kita dengan mereka berbeda, anak-anak jaman sekarang menghadapi permasalahan tidak ringan :
1. Serangan Pornografi (internet, games, media)
2. Beban tugas-tugas dari sekolah
3. Beban dari tuntutan atau harapan kita
4. Target pengedar narkoba
5. Penculikan
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menolongnya?

Semua itu merupakan ancaman serius abgi anak-anak kita, menjadi orang tua sekarang harus selalu siaga mendampingi buah hatinya.

Saat gunting badan sensor film tidak setajam dulu lagi, saat peraturan pemerintah dibuat tetapi tidak dilaksanakan di kehidupan berbangsa dan bertanah air. Jika bicara pemerintah tidak ada habisnya yang ada malah mengecam dan sakit hati.

Maka langkah yang paling mudah (karena kita yang mengendalikan) adalah membentengi anak-anak kita dengan agama, lingkupnya ; budi pekerti, nilai-nilai kehidupan dan batasan-batasan.

Dimulai dari Ibu karena Ibu adalah "sekolah" bagi anak-anaknya sejak di dalam kandungan, kemudian keluarga inti, dan sekolah. Bagaimana dengan lingkungan masyarakat, saya perhatikan tidak terlalu berpengaruh jika anak-anak kita tidak dibiarkan bergaul secara dekat, hanya tegur sapa secukupnya tidak sampai begerombol atau nongkrong.

Tidak ada sekolahan untuk orang tua jadi kita bingung saat menjadi orang tua, kadang kita tidak sadar telah menjadi orang tua (penulis merasakan seperti itu). Tetapi kondisi ini mau tidak mau harus kita hadapi bahkan untuk saat ini kita musti bersyukur karena banyak sekali informasi baik di internet, atau seminar dengan menawarkan berbagai metode pengasuhan. Memang kita musti selekif karena tidak semua metode bisa diaplikasikan pada keluarga kita.

Apapun itu, dari manapun itu, kebutuhan anak-anak kita adalah, pelukkan kita, dekapan hangat keluarga, rengkuhan dengan sepenuh rasa, dan yang penting ajarkan :
1. Cinta
2. Kasih sayang
3. Kelembutan
4. Komunikasi
5. Disiplin
6. Konsistensi

Jangan lupakan anak mertua (pasangan hidup) kitapun butuh pelukan, ungkapan rasa cinta kasih. Semakin kita sering memeluk orang-orang yang kita sayangi akan semakin mudah kita berkomunikasi, jika tidak percaya coba saja....

Semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah, dan langkah-langkah kita dalam mendidik mereka di rahmati Allah.

Peluk hangat

Sari Hidayati
Umu Hafara

ctt : sumber dari hj. Susilowati